Sabtu, 11 Juli 2015

Satu Langkah Sejuta Mimpi


Lao Tzu, salah satu ahli filsafat tiongkok terkemuka, pernah berkata,” Perjalanan ribuan mil selalu dimulai dalam satu langkah.” Pepatah ini begitu sering didengarkan dan belum juga usang hingga kini, bahkan sudah menjadi  semboyan bagi para petualang dunia. Pepatah itulah yang kini kami tanamkan dalam perjalanan menuju impian-impian kami. Suatu langkah kecil yang dapat menghantarkan mimpi-mimpi kami menuju suatu tempat yang tidak pernah terlupakan sepanjang hidup kami. Sebuah mimpi yang diinginkan banyak orang untuk dapat menginjakan kaki di tempat persemayaman para dewa di atas awan. Ya , Gunung Semeru, itulah tujuan kami, Gunung dengan puncak nya Mahameru menyimpan sejuta miseri yang belum terpecahkan. Gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut merupakan gunung tertinggi yang ada di pulau Jawa atau gunung tertinggi ke empat yang ada di Indonesia, dan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah gunung Kerinci di Sumatra Barat dan gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yakni kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang. Dalam perjalanan ini diperlukan waktu sekitar 4 hari untuk menuntaskan pendakian hingga kembali ke basecamp. Di gunung inilah kami ber-6 mengejar mimpi kami untuk dapat menjejakan kaki di negri para dewa, Mahameru.
Saya, Enrico, Bang Eko, Bang Bani, Gandi atau Gandhos, dan Ferry sudah merencanakan sejak 2 bulan sebelum  pendakian. Semua sudah terkordinasi mulai dari siapa seksi konsumsi, transportasi, bahkan seksi kuli panggul sudah disusun. Saya dan Enrico bertugas untuk menyiapkan segala konsumsi pendakian, ya walaupun saya masak nasi aja gosong tapi bisa jadi tantangan buat saya untuk mengisi perut-perut jahat mereka, hahaha , sedangkan Bang Eko dan bang Bani mereka menyiapkan tenda dan perlengkapan pendakian lainnya. Saya dan Enrico adalah teman karib sejak tk, teringat sejak tk kami sering bermain bersama, mulai dari main bola gak ngerti apa-apa, sd hingga masa smp yang menjadi partner futsal yang solid. Saat SMA kami berpisah karna saya meneruskan sekolah di Solo, tetapi ternyata mimpi kita sama untuk dapat berdiri di tanah tertinggi Jawa. Sedangkan bang eko dan bang bani mereka sudah bekerja di perusahaan asing di jakarta, dan dua orang lainnya adalah teman dari Bang Eko yang ingin bersama kami untuk sebuah perjalanan ini.
Sesuai pepatah tadi, semua dimulai dengan satu langkah. Langkah saya mulai bukan sebuah langkah kaki yang membuat saya berpindah tempat, tetapi langkah pertama saya adalah niat dan semangat. Persiapan saya mulai dari minta restu Orang  Tua hingga berdoa di gua Maria. Mengingat perjalanan yang kami lalui akan panjang dan banyak rintangan meninggalkan kehidupan kami sejenak beserta orang-orang yang saya cintai, meninggalkan zona nyaman kami, ciehhh puitis bett dah, haha. Sehari sebelum perjalanan tepatnya tanggal 24 Desember 2013 saya menyiapkan segala perlengkapan, mulai dari carrier avtech 80L seharga 900  ribu ahaha sombong dikit boleh yaa, sleeping bag, cooking set, kompor dan logistik perjalanan selama 4 hari. Hal terpenting yang tak lupa saya siap kan adalah celana dalam , hahaha, Kenapa celana dalam? Karna saya tau suhu di semeru dapat mencapai 0 derajat, gak mau kan adeknya kedinginan nanti hahaha, oiya lanjut ke logistik tadi, saya tak luput membawa sedikit beras untuk kami makan, tetapi ada ketakutan saya membawa beras karena melihat pengalaman yang sudah-sudah selalu gosong bila dimasak diatas gunung. Untuk mengganjal perut saya juga membawa camilan saat perjalanan. Semua logistik tadi saya packing rapi didalam carrier saya. Packing logistik tidak sembarangan, harus dapat menampung seluruh peralatan dengan baik sehingga saat di gendong dapat seimbang, maka dari itu teknik mengemas logistik ini bisa disebut juga seni mengemas logistik. Okeee, carrier sudah penuh cukup berat mungkin ¼ berat tubuh saya. Oiya malam itu malam natal saya bersama keluarga. Jadi, itu salah satu yang mengganjal buat saya karna momen natal yang saya tunggu tunggu harus terlewatkan karna perjalanan yang penuh tantangan ini.  Esok harinya saya berangkat Menuju solo untuk memulai perjalanan ini. Meeting point kami sepakati di terminal Tirtonadi Solo.
Jarum jam menunjukan tepat 4 sore ketika saya bertemu dengan pemuda pemuda hebat ini dengan mimpi yang sama. Rasa kekeluargaan sangat erat saat itu karna kami tau kami bergantung satu sama lain untuk perjalanan kali ini. Saya ,Eenrico , Bang Eko dan Bang Bani memulai perjalanan dengan memesan tiket bis jurusan malang. Oiya, sebelumnya 2 teman kami sudah menunggu di malang karna mereka memang asli orang malang. Tepat pukul 19.00 kami berangkat meninggalkan solo untuk menuju malang, kami menggunakan moda transportasi bis karena kami kehabisan tiket kereta, mau bagaimana lagi ini salah satu angkutan yang dapat kami gunakan menuju malang. Tak terasa perjalanan melewati batas provinsi kami lalui. Tepat pukul 3 dini hari kami telah sampai di suatu tempat yang kata seorang kondektur bus adalah malang. Karna kami tidak tau kami hanya manut untuk turun disitu. Yeyyy, malangg!!! Salah satu dari kami berteriak, tapi lama kelamaan ada kejanggalan, malang terkenal dengan udara dingin dan sejuk, tapi pagi ini terasa panas dan tidak ada tanda tanda buah apel yang menjadi salah satu ciri khas malang. Setelah berjalan kami dikejutkan dengan pasar yang tertera jelas disitu tertulis kabupaten Ponorogo, jawa timur. Dengan segala raut kekesalan diwajah kami karna kami baru sadar bahwa bus yang kami naiki menurunkan kami di ponorogo bukan di malang, “Duiancukkkk, iki ponorogo malang iseh adohhh” dengan logat jawa yang kental ditambah emosi yang membara bak api neraka Bang Eko terucap demikian. Bang Bani yang menenangkan kami bahwa, kami harus menuju surabaya karna bis jurusan ponorogo tidak ada yang langsung ke malang, Apa boleh buat, show must go on!! Kami mencari bis jurusan surabaya dan menuju malang, haduh nasip. Pelajaran buat para traveller , untuk harus mempelajari daerah dan rute sebelum travelling biar gak ketipu sama kondektur bis. Kami sampai di meeting point selanjutnya di terminal malang pukul 9 pagi, 4 jam lebih lama dari yang sebelum direncanakan.
Setelah mengisi perut dengan soto dan es teh, kami ber enam melanjutkan perjalanan menuju pasar tumpang. Pasar tumpang inilah yang banyak menawarkan jeep menuju basecamp Ranu Pani gunung Semeru. Setelah perjalanan sekitar 3 jam kami sampai di pasar Tumpang dan jeep yang kami pesan telah siap mengangkut kami. Disini kami menemukan masalah yang lebih rumit yang bisa saja ini membatalkan seluruh rencana yang telah kami persiapkan secara matang. Supir jeep bernama pak Wiling ini memberi informasi bahwa hari ini ada seorang pendaki gunung Semeru yang tewas karna hipotermia. Kami sontak terdiam memandang satu sama lain, kekawatiran pendakian ditutup pun muncul yang hampir mematahkan semangat kami . Tapi dengan tekat dan nekat, kami pun menjoba tetap ke base camp Ranu pani. Kami ingin mendengar sendiri petugas Taman Nasioal yang berbicara langsung dari mulutnya. Semua carrier kami letakkan diatas jeep dan diikat agar tidak jatuh saat melewati jalan menanjak. Perjalanan sangat luar biasa, pemandangan bukit bukit nan indah terhampar luas, dan kearifan lokal dengan pendatang baru yang membuat kami kagum. Suasana begitu nyaman sejenak kami melupakan segala permasalahan tadi dan mencoba menikmati perjalanan.  Kami pun meminta berhenti disebuah tebing, disinilah gunung bromo terlihat jelas, Indah nya lukisan Tuhan dengan segala isinya ini. Kami ber enam beradu kemampuan fotografi untuk memamerkannya di media sosial masing masing maklum kekinian. Bang Eko bangga dengan Canon 100D nya, Bang ferry dengan Nikon D3200 miliknya, dan saya dengan Canon 550D pinjaman hehehe ,. Perjalanan kami lanjutkan hingga basecamp tepat pukul 3 sore. Kami pun langsung meminta informasi tentang penutupan gunung semeru. Benar sekali gunung semeru ditutup untuk proses evakuasi korban. Kami lantas menurunkan carrier kami, karna tidak ada gunanya lagi membawa beban berat ini. Dengan menyesal kami hanya duduk sambil menatap carier masing masing. Entah dewi fortuna mana lagi yang menghampiri kami, seseorang dari petugas berlari menghampiri kami bahwa pendakian dapat dilakukan esok hari. Rasa syukur kami panjatkan tak henti manakala kami mendapat informasi tadi. Seorang pendaki wanita cantik yang duduk didekat kami pun sampai menangis karna bahagianya. Karna perjalanan kami lanjutkan besok maka kami mendirikan tenda karena penginapa disini cukup tebal untuk ukuran dompet kami. Kami pun tertidur pulas untuk menyiapkan tenaga keesokan harinya.
Tepat pukul 5 pagi kami merapikan tenda dan melakukan cek list logistik untuk terahir kalinya.  Setelah perijinan selesai kami ahirnya melanjutkan perjalanan menuju impian kami. Disini semua dimulai dengan berjalan kaki, langkah ini dan tentunya Tuhan yang maha kuasa yang menuntun kami hingga sampai kembali dengan selamat. Awal perjalanan kami lalui dengan bahagia, ladang penduduk terhampar luas dengan tanaman kubis yang hijau, karna udara disini sangat cocok untuk bercocok tanam. Sebenarnya perjalanan ini molor satu hari karna ditutupnya pendakian kemarin, tapi tak apalah , mahameru em kamingggg!! Setelah melewati gapura pendakian gunung semeru kami mulai berjalan menelusuri hutan kaki gunung semeru tujuan pertama kami yaitu watu rejang.
Biasanya bagi pendaki yang baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit menemukan jalur pendakian, kadang malah hanya berputar disekitar desa Ranu Pane. Sebaiknya setelah menemukan gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Jalur awal yang kami lalui cukup landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi tumbuhan alang-alang.Kami cukup dibuat bingung karna tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kami terus mengikuti tanda ini. Kadang terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga kami harus sering merundukkan kepala, tas carrier yang tinggi seperti digunakan Bang Eko sangat tidak nyaman karna sering tersangkut ranting pohon. Dalam perjalanan kami bertegur sapa dengan setiap pendaki yang sedang beristirahat melepas lelah. Kami sepakati untuk break setiap 15 menit berjalan. Dalam perjalanan ini sering kami menemukan monyet liar yang bergelantungan diatas pohon. Inilah rumah mereka , kami sebagai pendaki hanya mencoba menikmati dari dekat keagungan ciptaan Tuhan bukan maksut untuk merusak hutan.  Setelah kami berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis,  kami sampai di Watu Rejeng. Disini kami melihat batu terjal yang sangat indah, kembali teknik fotografi amatir kami diuji untuk mengabadikan momen-momen berharga. Kita dapat saksikan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Setelah puas dengan keindahan watu rejang kami melanjutkan perjalanan menuju Ranu kumbolo yang katanya merupakan surganya gunung semeru. Dari sini kami harus melanjutan perjalanan, pos pendakian di Ranu Kumbolo masih harus kami tempuh dengan jarak sekitar 4,5 Km. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek. Setibanya di Ranu Kumbolo kami berdiskusi untuk melanjutkan perjalanan atau mendirikan tenda disini. Di pos kecil ini kami berteduh dari teriknya matahari dan mendapatkan masalah baru. Ferry ternyata membeli tiket kereta untuk kembali pulang tanggal 31 Desember. Tak ada waktu lagi jika kami harus mendirikan tenda di ranu kumbolo, mau tidak mau kami harus mendirikan tenda di kali mati yang jaraknya masih 15 km lagi. Capek , berat dan lapar menjadi halangan kami. Saya ahirnya membuat mie goreng karna ini memang tugas saya untuk ganjal perut perut jahat meraka dan tambahan tenaga kami yang tidak seberapa.  Jika kalian mendaki semeru Sebaiknya  mendirikan tenda karena disini terdapat danau yang memiliki air bersih, dan juga pemandangan disini sangat indah. Biasanya pendaki akan betah berada disini, ditambah pemandangan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Setelah kenyang, kami mengemas kembali bawaan kami dan melanjuktan perjalanan menuju kali mati. Setelah meninggalkan ranu kumbolo sudah ada tanjakan sangat terjal menanti kami. Konon jika kita melewati tanjakan ini dengan tidak menoleh kebelakang maka cinta yang kita harapkan akan terkabul. Menurut sejarah ada sepasang muda mudi melewati tanjakan cinta, karna semangat sang laki laki ia meninggalkan pasangannya ketika laki laki itu sudah sampai atas ia melihat kebelakang dan mendapati sang pujaan hati terjatuh dan mati di tempat tersebut. Maka tanjakan itu menjadi penuh misteri. Saya pun mencoba memikirkan wania yang saya suka saat itu inisial nya APS, tetapi hingga saat ini tidak ada cinta bersemi diantara kita percaya tidak percaya mitos itu tidak terjadi pada saya, justru seorang wanita tidak terduga datangnya dari dunia mana dengan inisial HAP yang sangat mencintai saya dan sayapun sebaliknya hahaha. kembali ketopik, setelah sampai diujung tanjakan cinta kami pun melihat Ranu Kumbolo dengan jelas, sebuah lukisan agung ciptaan-Nya yang luar biasa indah. Dan jika kita melihat kebelakang terhampar luas berhektar-hektar padang lavernder dengan warna ungunya seperti karpet raksasa yang menyelimuti gunung semeru yang disebut oro-oro ombo. Setelah melewati oro-oro ombo kami sampai di Cemoro Kandang, mungkin disebut cemoro kandang karna disini merupakan hutan cemara yang indah seperti di eropa. Kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kali Mati. Dalam menelusuri hutan cemara ini sesekali kami melihat kijang liar yang berlarian. Dimana ada gula disitu ada semut, apakah berlaku juga dimana ada kijang disitu ada macan? Kami hanya pasrah semoga tidak ada macan liar disini, karna kawasan ini merupakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang memiliki ratusan macan liar didalamnya. Perjalanan tak terasa hingga petang dan kabut menyelimuti malam yang dingin ini. Senter kami nyalakan sebagai sumber penerangan satu satunya karna bulan saat itu malu untuk menampakan wajahnya, kami hanya ditemani oleh suara hewan hewan liar yang ada disana dan juga suara jejak langkah kami yang membawa kami semakin dekat dengan impian itu. Tepat pukul 9 malam kami sampai dipos terahir untuk mendirikan tenda yaitu kali mati. Karna sudah malam kami langsung berbagi tugas, saya dan Enrico menyiapkan makan malam dan susu jahe hangat untuk sumber tanaga kami, dan yang lain mengurusi tenda dan barang barang lain sehingga nyaman untuk beristirahat. Kami harus berkejaran dengan waktu karna pukul 1 dini hari kami harus sudah berjalan kembali untuk summit attack mahameru. Menu kali ini istimewa, saya membuat rendang dan ayam special. Jangan bingung bagai mana saya mengolah makanan itu semua karna rendang dan ayam special ini dikemas dalam bentuk mie. Bilang aja mie goreng hahaha. Setelah puas dengan rendang dan ayam special buatan saya, kami pun beristirahat didalam tenda, saya , Enrico, Bang Eko dan Bang Bandi dalam satu tenda consina magnum 4p ini, sedangkan Ferry dan Gandos tidur berdua dalam tenda rey biru miliknya.
Waktu menunjukan pukul 1 dini hari, kami harus segera bangun dan menyiapkan diri untuk summit attack Mahameru ini. Kali ini tenda dan carrier kami tinggal karna sangat berbahaya jika membawa carrier karna medan yang kami lalui cukup berat dengan sudut kemiringan 60 derajat. Kami hanya membawa day pack ukuran kecil dan dry bag untuk membawa perbekalan secukupnya. Setelah siap kami berdoa mohon perlindungan dari yang kuasa. Pukul 2 tepat kami berjalan, suhu disini benar benar dingin, jam suunto Bang Eko seharga 2 juta rupiah menunjukan bahwa suhu di Kali Mati sudah mendekati 0 derajat celsius. Kebayang dinginnya, bahkan saya memakai kaos dobel ditambah flanel , kemudian jaket consina dan terahir jas hujan dingin masih terasa menusuk tulang. Kami harus terus berjalan agar tidak kehilangan suhu tubuh atau yang disebut hippotermia. Setelah Berjalan kurang lebih 2 jam kami sampai pada tempat yang bernama arcopodo, disini batas vegetasi gunung semeru berada. Hanya ada material vulkanik yang kami jumpai setelah ini, debu berterbangan dimana mana, angin bertiup sangat kencang bak badai yang mencoba menghempaskan tubuh kami. Sampai batas vegetasi ini kami mulai berjalan pada pasir dan batu yang kemiringannya mencapai 60 derajat. Sangat melelahkan bagi kami untuk berjalan diatas pasir berbatu ini, karna dua langkah maju satu langkah turun. Jika biasa kami berjalan 15 menit kemudian break 1 menit, disini kami hanya mampu berjalan 5 menit dan break 5 menit karna berat nya medan. Semakin lama berhenti semakin dingin pula badan ini. Perjalanan sedikit lagi dan 4 jam kemudia kami sampai di tanah tertinggi Jawa. Hanya ada kata bersyukur yang terucap dari bibir kami menginjakan kaki di persemayaman para dewa, Mahameru. Kami berpelukan satu samalain melihat luas memandang sekitar , hanya satu kata untuk negri ini. Indah!!! Banyak pelajaran dari setiap perjalanan, kebersamaan,kekeluargaan dengan tekat dan semangat yang sejalan hingga ahirnya kami dapat saling bahu membahu menghantar satu sama lain menuju mimpi-mimpi kami. Perjalanan ini bukan akhir, tetapi awal untuk memulai semangat baru menuju pibadi baru dengan tetap melangkah untuk kedepan. Jalan terjal setiap perjalanan bukanlah halangan yang terpenting adalah mau atau tidak untuk melangkah. Terima kasih sahabat ku, tetap berjuang untuk cita cita kalian, dan semoga langkah kalian berikutnya tetap sejalan dengan cita cita kalian. Dan untuk negri ini, Segenggam harapan sejuta mimpiku, ingin ku abdikan pada mu negriku, yang adil, yang makmur untuk mu indonesia. Hidup sekali tidak pernah cukup menenali dan memahami Indonesia, untuk dari itu bagaikan titik diatas kertas. Mahameru untuk mu Indonesia






0 komentar:

Posting Komentar