Lao Tzu, salah satu ahli filsafat tiongkok terkemuka, pernah berkata,” Perjalanan ribuan mil selalu dimulai dalam satu langkah.” Pepatah ini begitu sering didengarkan dan belum juga usang hingga kini, bahkan sudah menjadi semboyan bagi para petualang dunia. Pepatah itulah yang kini kami tanamkan dalam perjalanan menuju impian-impian kami. Suatu langkah kecil yang dapat menghantarkan mimpi-mimpi kami menuju suatu tempat yang tidak pernah terlupakan sepanjang hidup kami. Sebuah mimpi yang diinginkan banyak orang untuk dapat menginjakan kaki di tempat persemayaman para dewa di atas awan. Ya , Gunung Semeru, itulah tujuan kami, Gunung dengan puncak nya Mahameru menyimpan sejuta miseri yang belum terpecahkan. Gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut merupakan gunung tertinggi yang ada di pulau Jawa atau gunung tertinggi ke empat yang ada di Indonesia, dan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah gunung Kerinci di Sumatra Barat dan gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yakni kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang. Dalam perjalanan ini diperlukan waktu sekitar 4 hari untuk menuntaskan pendakian hingga kembali ke basecamp. Di gunung inilah kami ber-6 mengejar mimpi kami untuk dapat menjejakan kaki di negri para dewa, Mahameru.
Saya, Enrico, Bang Eko, Bang Bani, Gandi atau Gandhos, dan
Ferry sudah merencanakan sejak 2 bulan sebelum pendakian. Semua sudah terkordinasi mulai dari
siapa seksi konsumsi, transportasi, bahkan seksi kuli panggul sudah disusun.
Saya dan Enrico bertugas untuk menyiapkan segala konsumsi pendakian, ya
walaupun saya masak nasi aja gosong tapi bisa jadi tantangan buat saya untuk
mengisi perut-perut jahat mereka, hahaha , sedangkan Bang Eko dan bang Bani
mereka menyiapkan tenda dan perlengkapan pendakian lainnya. Saya dan Enrico
adalah teman karib sejak tk, teringat sejak tk kami sering bermain bersama,
mulai dari main bola gak ngerti apa-apa, sd hingga masa smp yang menjadi
partner futsal yang solid. Saat SMA kami berpisah karna saya meneruskan sekolah
di Solo, tetapi ternyata mimpi kita sama untuk dapat berdiri di tanah tertinggi
Jawa. Sedangkan bang eko dan bang bani mereka sudah bekerja di perusahaan asing
di jakarta, dan dua orang lainnya adalah teman dari Bang Eko yang ingin bersama
kami untuk sebuah perjalanan ini.
Sesuai pepatah tadi, semua dimulai dengan satu langkah.
Langkah saya mulai bukan sebuah langkah kaki yang membuat saya berpindah
tempat, tetapi langkah pertama saya adalah niat dan semangat. Persiapan saya
mulai dari minta restu Orang Tua hingga
berdoa di gua Maria. Mengingat perjalanan yang kami lalui akan panjang dan
banyak rintangan meninggalkan kehidupan kami sejenak beserta orang-orang yang
saya cintai, meninggalkan zona nyaman kami, ciehhh puitis bett dah, haha.
Sehari sebelum perjalanan tepatnya tanggal 24 Desember 2013 saya menyiapkan segala
perlengkapan, mulai dari carrier avtech 80L seharga 900 ribu ahaha sombong dikit boleh yaa, sleeping
bag, cooking set, kompor dan logistik perjalanan selama 4 hari. Hal terpenting yang
tak lupa saya siap kan adalah celana dalam , hahaha, Kenapa celana dalam? Karna
saya tau suhu di semeru dapat mencapai 0 derajat, gak mau kan adeknya
kedinginan nanti hahaha, oiya lanjut ke logistik tadi, saya tak luput membawa
sedikit beras untuk kami makan, tetapi ada ketakutan saya membawa beras karena
melihat pengalaman yang sudah-sudah selalu gosong bila dimasak diatas gunung.
Untuk mengganjal perut saya juga membawa camilan saat perjalanan. Semua
logistik tadi saya packing rapi didalam carrier saya. Packing logistik tidak
sembarangan, harus dapat menampung seluruh peralatan dengan baik sehingga saat
di gendong dapat seimbang, maka dari itu teknik mengemas logistik ini bisa
disebut juga seni mengemas logistik. Okeee, carrier sudah penuh cukup berat
mungkin ¼ berat tubuh saya. Oiya malam itu malam natal saya bersama keluarga. Jadi,
itu salah satu yang mengganjal buat saya karna momen natal yang saya tunggu
tunggu harus terlewatkan karna perjalanan yang penuh tantangan ini. Esok harinya saya berangkat Menuju solo untuk
memulai perjalanan ini. Meeting point kami sepakati di terminal Tirtonadi Solo.
Jarum jam menunjukan tepat 4 sore ketika saya bertemu dengan
pemuda pemuda hebat ini dengan mimpi yang sama. Rasa kekeluargaan sangat erat
saat itu karna kami tau kami bergantung satu sama lain untuk perjalanan kali
ini. Saya ,Eenrico , Bang Eko dan Bang Bani memulai perjalanan dengan memesan
tiket bis jurusan malang. Oiya, sebelumnya 2 teman kami sudah menunggu di
malang karna mereka memang asli orang malang. Tepat pukul 19.00 kami berangkat
meninggalkan solo untuk menuju malang, kami menggunakan moda transportasi bis
karena kami kehabisan tiket kereta, mau bagaimana lagi ini salah satu angkutan
yang dapat kami gunakan menuju malang. Tak terasa perjalanan melewati batas
provinsi kami lalui. Tepat pukul 3 dini hari kami telah sampai di suatu tempat
yang kata seorang kondektur bus adalah malang. Karna kami tidak tau kami hanya
manut untuk turun disitu. Yeyyy, malangg!!! Salah satu dari kami berteriak,
tapi lama kelamaan ada kejanggalan, malang terkenal dengan udara dingin dan
sejuk, tapi pagi ini terasa panas dan tidak ada tanda tanda buah apel yang
menjadi salah satu ciri khas malang. Setelah berjalan kami dikejutkan dengan
pasar yang tertera jelas disitu tertulis kabupaten Ponorogo, jawa timur. Dengan
segala raut kekesalan diwajah kami karna kami baru sadar bahwa bus yang kami
naiki menurunkan kami di ponorogo bukan di malang, “Duiancukkkk, iki ponorogo
malang iseh adohhh” dengan logat jawa yang kental ditambah emosi yang membara
bak api neraka Bang Eko terucap demikian. Bang Bani yang menenangkan kami bahwa,
kami harus menuju surabaya karna bis jurusan ponorogo tidak ada yang langsung
ke malang, Apa boleh buat, show must go on!! Kami mencari bis jurusan surabaya
dan menuju malang, haduh nasip. Pelajaran buat para traveller , untuk harus
mempelajari daerah dan rute sebelum travelling biar gak ketipu sama kondektur
bis. Kami sampai di meeting point selanjutnya di terminal malang pukul 9 pagi,
4 jam lebih lama dari yang sebelum direncanakan.
Setelah mengisi perut dengan soto dan es teh, kami ber enam
melanjutkan perjalanan menuju pasar tumpang. Pasar tumpang inilah yang banyak menawarkan
jeep menuju basecamp Ranu Pani gunung Semeru. Setelah perjalanan sekitar 3 jam
kami sampai di pasar Tumpang dan jeep yang kami pesan telah siap mengangkut
kami. Disini kami menemukan masalah yang lebih rumit yang bisa saja ini
membatalkan seluruh rencana yang telah kami persiapkan secara matang. Supir
jeep bernama pak Wiling ini memberi informasi bahwa hari ini ada seorang
pendaki gunung Semeru yang tewas karna hipotermia. Kami sontak terdiam
memandang satu sama lain, kekawatiran pendakian ditutup pun muncul yang hampir
mematahkan semangat kami . Tapi dengan tekat dan nekat, kami pun menjoba tetap
ke base camp Ranu pani. Kami ingin mendengar sendiri petugas Taman Nasioal yang
berbicara langsung dari mulutnya. Semua carrier kami letakkan diatas jeep dan
diikat agar tidak jatuh saat melewati jalan menanjak. Perjalanan sangat luar
biasa, pemandangan bukit bukit nan indah terhampar luas, dan kearifan lokal
dengan pendatang baru yang membuat kami kagum. Suasana begitu nyaman sejenak
kami melupakan segala permasalahan tadi dan mencoba menikmati perjalanan. Kami pun meminta berhenti disebuah tebing,
disinilah gunung bromo terlihat jelas, Indah nya lukisan Tuhan dengan segala
isinya ini. Kami ber enam beradu kemampuan fotografi untuk memamerkannya di
media sosial masing masing maklum kekinian. Bang Eko bangga dengan Canon 100D
nya, Bang ferry dengan Nikon D3200 miliknya, dan saya dengan Canon 550D
pinjaman hehehe ,. Perjalanan kami lanjutkan hingga basecamp tepat pukul 3
sore. Kami pun langsung meminta informasi tentang penutupan gunung semeru. Benar
sekali gunung semeru ditutup untuk proses evakuasi korban. Kami lantas
menurunkan carrier kami, karna tidak ada gunanya lagi membawa beban berat ini. Dengan
menyesal kami hanya duduk sambil menatap carier masing masing. Entah dewi
fortuna mana lagi yang menghampiri kami, seseorang dari petugas berlari
menghampiri kami bahwa pendakian dapat dilakukan esok hari. Rasa syukur kami
panjatkan tak henti manakala kami mendapat informasi tadi. Seorang pendaki
wanita cantik yang duduk didekat kami pun sampai menangis karna bahagianya.
Karna perjalanan kami lanjutkan besok maka kami mendirikan tenda karena
penginapa disini cukup tebal untuk ukuran dompet kami. Kami pun tertidur pulas
untuk menyiapkan tenaga keesokan harinya.
Tepat pukul 5 pagi kami merapikan tenda dan melakukan cek
list logistik untuk terahir kalinya.
Setelah perijinan selesai kami ahirnya melanjutkan perjalanan menuju
impian kami. Disini semua dimulai dengan berjalan kaki, langkah ini dan
tentunya Tuhan yang maha kuasa yang menuntun kami hingga sampai kembali dengan
selamat. Awal perjalanan kami lalui dengan bahagia, ladang penduduk terhampar
luas dengan tanaman kubis yang hijau, karna udara disini sangat cocok untuk
bercocok tanam. Sebenarnya perjalanan ini molor satu hari karna ditutupnya
pendakian kemarin, tapi tak apalah , mahameru em kamingggg!! Setelah melewati
gapura pendakian gunung semeru kami mulai berjalan menelusuri hutan kaki gunung
semeru tujuan pertama kami yaitu watu rejang.
Biasanya bagi pendaki yang
baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit menemukan jalur pendakian, kadang
malah hanya berputar disekitar desa Ranu Pane. Sebaiknya setelah menemukan
gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti
jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Jalur awal yang kami lalui cukup
landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi tumbuhan alang-alang.Kami cukup
dibuat bingung karna tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda
ukuran jarak pada setiap 100m, kami terus mengikuti tanda ini. Kadang terdapat
pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga kami harus sering
merundukkan kepala, tas carrier yang tinggi seperti digunakan Bang Eko sangat
tidak nyaman karna sering tersangkut ranting pohon. Dalam perjalanan kami
bertegur sapa dengan setiap pendaki yang sedang beristirahat melepas lelah. Kami
sepakati untuk break setiap 15 menit berjalan. Dalam perjalanan ini sering kami
menemukan monyet liar yang bergelantungan diatas pohon. Inilah rumah mereka ,
kami sebagai pendaki hanya mencoba menikmati dari dekat keagungan ciptaan Tuhan
bukan maksut untuk merusak hutan. Setelah kami berjalan sekitar 5 Km menyusuri
lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kami sampai di Watu Rejeng. Disini kami melihat
batu terjal yang sangat indah, kembali teknik fotografi amatir kami diuji untuk
mengabadikan momen-momen berharga. Kita dapat saksikan pemandangan yang sangat
indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus.
Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Setelah
puas dengan keindahan watu rejang kami melanjutkan perjalanan menuju Ranu
kumbolo yang katanya merupakan surganya gunung semeru. Dari sini kami harus
melanjutan perjalanan, pos pendakian di Ranu Kumbolo masih harus kami tempuh
dengan jarak sekitar 4,5 Km. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki
melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki
lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek. Setibanya di
Ranu Kumbolo kami berdiskusi untuk melanjutkan perjalanan atau mendirikan tenda
disini. Di pos kecil ini kami berteduh dari teriknya matahari dan mendapatkan
masalah baru. Ferry ternyata membeli tiket kereta untuk kembali pulang tanggal
31 Desember. Tak ada waktu lagi jika kami harus mendirikan tenda di ranu
kumbolo, mau tidak mau kami harus mendirikan tenda di kali mati yang jaraknya
masih 15 km lagi. Capek , berat dan lapar menjadi halangan kami. Saya ahirnya
membuat mie goreng karna ini memang tugas saya untuk ganjal perut perut jahat
meraka dan tambahan tenaga kami yang tidak seberapa. Jika kalian mendaki semeru Sebaiknya mendirikan tenda karena disini terdapat danau
yang memiliki air bersih, dan juga pemandangan disini sangat indah. Biasanya
pendaki akan betah berada disini, ditambah pemandangan matahari terbit
disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu
Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Setelah kenyang, kami
mengemas kembali bawaan kami dan melanjuktan perjalanan menuju kali mati.
Setelah meninggalkan ranu kumbolo sudah ada tanjakan sangat terjal menanti
kami. Konon jika kita melewati tanjakan ini dengan tidak menoleh kebelakang
maka cinta yang kita harapkan akan terkabul. Menurut sejarah ada sepasang muda
mudi melewati tanjakan cinta, karna semangat sang laki laki ia meninggalkan
pasangannya ketika laki laki itu sudah sampai atas ia melihat kebelakang dan
mendapati sang pujaan hati terjatuh dan mati di tempat tersebut. Maka tanjakan
itu menjadi penuh misteri. Saya pun mencoba memikirkan wania yang saya suka
saat itu inisial nya APS, tetapi hingga saat ini tidak ada cinta bersemi
diantara kita percaya tidak percaya mitos itu tidak terjadi pada saya, justru
seorang wanita tidak terduga datangnya dari dunia mana dengan inisial HAP yang sangat
mencintai saya dan sayapun sebaliknya hahaha. kembali ketopik, setelah sampai
diujung tanjakan cinta kami pun melihat Ranu Kumbolo dengan jelas, sebuah
lukisan agung ciptaan-Nya yang luar biasa indah. Dan jika kita melihat
kebelakang terhampar luas berhektar-hektar padang lavernder dengan warna
ungunya seperti karpet raksasa yang menyelimuti gunung semeru yang disebut
oro-oro ombo. Setelah melewati oro-oro ombo kami sampai di Cemoro Kandang,
mungkin disebut cemoro kandang karna disini merupakan hutan cemara yang indah
seperti di eropa. Kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
menuju Kali Mati. Dalam menelusuri hutan cemara ini sesekali kami melihat
kijang liar yang berlarian. Dimana ada gula disitu ada semut, apakah berlaku
juga dimana ada kijang disitu ada macan? Kami hanya pasrah semoga tidak ada
macan liar disini, karna kawasan ini merupakan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru yang memiliki ratusan macan liar didalamnya. Perjalanan tak terasa
hingga petang dan kabut menyelimuti malam yang dingin ini. Senter kami nyalakan
sebagai sumber penerangan satu satunya karna bulan saat itu malu untuk
menampakan wajahnya, kami hanya ditemani oleh suara hewan hewan liar yang ada
disana dan juga suara jejak langkah kami yang membawa kami semakin dekat dengan
impian itu. Tepat pukul 9 malam kami sampai dipos terahir untuk mendirikan
tenda yaitu kali mati. Karna sudah malam kami langsung berbagi tugas, saya dan
Enrico menyiapkan makan malam dan susu jahe hangat untuk sumber tanaga kami,
dan yang lain mengurusi tenda dan barang barang lain sehingga nyaman untuk
beristirahat. Kami harus berkejaran dengan waktu karna pukul 1 dini hari kami
harus sudah berjalan kembali untuk summit
attack mahameru. Menu kali ini istimewa, saya membuat rendang dan ayam
special. Jangan bingung bagai mana saya mengolah makanan itu semua karna
rendang dan ayam special ini dikemas dalam bentuk mie. Bilang aja mie goreng
hahaha. Setelah puas dengan rendang dan ayam special buatan saya, kami pun beristirahat
didalam tenda, saya , Enrico, Bang Eko dan Bang Bandi dalam satu tenda consina
magnum 4p ini, sedangkan Ferry dan Gandos tidur berdua dalam tenda rey biru
miliknya.
Waktu menunjukan pukul
1 dini hari, kami harus segera bangun dan menyiapkan diri untuk summit attack Mahameru ini. Kali ini
tenda dan carrier kami tinggal karna sangat berbahaya jika membawa carrier
karna medan yang kami lalui cukup berat dengan sudut kemiringan 60 derajat. Kami
hanya membawa day pack ukuran kecil dan dry bag untuk membawa perbekalan
secukupnya. Setelah siap kami berdoa mohon perlindungan dari yang kuasa. Pukul
2 tepat kami berjalan, suhu disini benar benar dingin, jam suunto Bang Eko
seharga 2 juta rupiah menunjukan bahwa suhu di Kali Mati sudah mendekati 0 derajat
celsius. Kebayang dinginnya, bahkan saya memakai kaos dobel ditambah flanel ,
kemudian jaket consina dan terahir jas hujan dingin masih terasa menusuk
tulang. Kami harus terus berjalan agar tidak kehilangan suhu tubuh atau yang
disebut hippotermia. Setelah Berjalan kurang lebih 2 jam kami sampai pada
tempat yang bernama arcopodo, disini batas vegetasi gunung semeru berada. Hanya
ada material vulkanik yang kami jumpai setelah ini, debu berterbangan dimana
mana, angin bertiup sangat kencang bak badai yang mencoba menghempaskan tubuh
kami. Sampai batas vegetasi ini kami mulai berjalan pada pasir dan batu yang
kemiringannya mencapai 60 derajat. Sangat melelahkan bagi kami untuk berjalan
diatas pasir berbatu ini, karna dua langkah maju satu langkah turun. Jika biasa
kami berjalan 15 menit kemudian break 1 menit, disini kami hanya mampu berjalan
5 menit dan break 5 menit karna berat nya medan. Semakin lama berhenti semakin
dingin pula badan ini. Perjalanan sedikit lagi dan 4 jam kemudia kami sampai di
tanah tertinggi Jawa. Hanya ada kata bersyukur yang terucap dari bibir kami
menginjakan kaki di persemayaman para dewa, Mahameru. Kami berpelukan satu
samalain melihat luas memandang sekitar , hanya satu kata untuk negri ini.
Indah!!! Banyak pelajaran dari setiap perjalanan, kebersamaan,kekeluargaan
dengan tekat dan semangat yang sejalan hingga ahirnya kami dapat saling bahu membahu
menghantar satu sama lain menuju mimpi-mimpi kami. Perjalanan ini bukan akhir,
tetapi awal untuk memulai semangat baru menuju pibadi baru dengan tetap
melangkah untuk kedepan. Jalan terjal setiap perjalanan bukanlah halangan yang
terpenting adalah mau atau tidak untuk melangkah. Terima kasih sahabat ku,
tetap berjuang untuk cita cita kalian, dan semoga langkah kalian berikutnya
tetap sejalan dengan cita cita kalian. Dan untuk negri ini, Segenggam harapan
sejuta mimpiku, ingin ku abdikan pada mu negriku, yang adil, yang makmur untuk
mu indonesia. Hidup sekali tidak pernah cukup menenali dan memahami Indonesia,
untuk dari itu bagaikan titik diatas kertas. Mahameru untuk mu Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar